What Blockchain Gaming Needs to do to Join the Ranks of Sony, Microsoft, and Nintendo

Apa Yang Perlu Dilakukan Game Berbasis Blockchain Agar Bisa Seperti Sony, Microsoft Dan Nintendo?

Aug 26, 2022
Illustration of a digital city.

The blockchain space has seen exponential growth over the last decade. The space has gone from a niche corner of the internet only attracting tech and finance enthusiasts to being adopted by some of the world's largest companies and personalities. However, there is still a long way to go before blockchain and digital assets can be considered mainstream.

One sector with the most potential to reach mass adoption is blockchain gaming. The sector has grown rapidly recently, with the number of blockchain games doubling in the past year.

While blockchain gaming has flirted with the traditional, mainstream gaming industry, it has yet to really push through and become an integral part. For the space to survive, it needs to progress past being used exclusively by enthusiasts and be adopted by a more mainstream audience.

What exactly is needed for blockchain gaming to be a part of the larger, traditional ecosystem and appear on Sony, Nintendo, and Microsoft's gaming platforms?

A Step in the Right Direction

Many big-name names from the traditional gaming industry have already dipped their toes into the blockchain gaming space, mainly through NFTs.

There have been many examples of the traditional gaming industry integrating blockchain features. Some of the more prominent ones would be Ubisoft's NFT platform, Sega registering the 'Sega NFT' trademark in Japan, and Epic Games allowing NFT games on its platform.

The most recent news is GameStop's new NFT marketplace which has already seen tremendous growth, reaching over 5,000 Ethereum or around $7.2 million in trading volume since its launch on July 11. This more than double competitor and digital asset veteran Coinbase's all-time NFT volume, quickly establishing the game retailer as a significant figure within the space.

Many other massive names in gaming have already spoken about plans to integrate NFTs and blockchain into big-budget games. Most notable would be publisher 2K stating that the next Grand Theft Auto, easily one of the biggest names in all of gaming, will have NFT integration.

Though many big names within gaming have or have plans to join the blockchain space, many roadblocks still need to be overcome before mass adoption is reached.

What Is Preventing the Further Progression?

Though there have been many attempts to bring NFTs to the mainstream gaming audience, it seems to keep stopping short - why is that?

One of the more significant issues is that most traditional gamers are against monetization in games, especially those they have already purchased.

The gaming industry has been vocal about its distaste for aggressive monetization, seen especially by the 'loot box' issue that has been going on for many years. Loot boxes are essentially slots that allow players to win in-game items. This can be seen as gambling, causing many to be outraged by having such activity in products initially designed for children.  

However, loot boxes give access to digital in-game assets that are nothing more than cosmetic or provide an advantage within the one game they are won in. As many know, blockchain gaming, while similar, also allows users to take their in-game items and sell them, use them in other games, and more.

The most crucial step needed for blockchain gaming to reach the same level as traditional gaming is education. Many still believe that blockchain and digital assets are a scam, with some still spreading the notion that print screening an NFTs is the same as owning it.

The mainstream audience will need to be educated about the value blockchain can add to their games to feel that it is a worthwhile addition and not simply another tactic for developers to make money.

Where to go From Here?

While education is one of the essential factors in blockchain gaming reaching the next step, it is just the beginning.

The games are among the most significant differences between blockchain and traditional gaming. Blockchain gaming tends to be less interactive as players engage in passive combat, racing, and more. Within traditional games, players learn the game's mechanics and put them to use in fast-paced interactive experiences that keep them engaged.

Graphically, blockchain games are far behind traditional games, making them an even harder sell. Gaming tends to be at the cutting edge of consumer technology, integrating photo-realistic graphics. At the same time, most blockchain games resemble phone games that could've existed 10-15 years ago.

For blockchain gaming to join the ranks of Sony, Microsoft, and Nintendo, they will need to build a game that naturally integrates NFTs in a meaningful way while also utilizing well-establish game mechanics used in the traditional gaming space, all while having cutting-edge graphics that pull players in.

Selama satu dekade ke belakang, perkembangan industri blockchain terbilang sangat signifikan. Berawal dari sebuah industri kecil yang hanya diminati pecinta teknologi dan finansial, kini blockchain menjadi solusi yang telah diadopsi banyak perusahaan besar.

Meskipun begitu, jalan tersebut masih panjang hingga blockchain dapat benar-benar dikenal semua orang.

Salah satu sektor blockchain yang berpotensi lebih dulu dikenal secara masif adalah blockchain gaming. Sektor ini berkembang sangat pesar, bahkan jumlah game blockchain yang dirilis bertambah hingga dua kali lipat dibanding tahun lalu.

Akan tetapi, perkembangan game blockchain yang pesat ini harus dibarengi dengan kemampuannya untuk menarik banyak pemain game konvensional, sehingga sektor ini dapat bertahan dan dikenal lebih luas.

Apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh game blockchain agar dapat dikenal secara mainstream layaknya ekosistem game raksasa milik Sony, Microsoft atau Nintendo?

Cara yang Tepat untuk Mengejar Ketertinggalan

Banyak nama besar di dunia gaming konvensional yang telah ikut serta dalam industri blockchain global, terutama melalui koleksi NFT yang dimiliki.

Sudah ada banyak contoh cara yang dilakukan brand besar agar tidak tertinggal, seperti Ubisoft dengan platform NFT yang dimiiliki, Sega yang sudah mempatenkan nama ‘Sega NFT’ di Jepang atau juga Epic Games yang telah memperbolehkan adanya game NFT di platform mereka.

Bahkan informasi terbaru menyebutkan bahwa marketplace NFT milik GameSpot telah mencapai trading volume sebesar lebih dari 5.000 Ethereum atau setara dengan $7,2 juta sejak peluncurannya pada bulan Juli yang lalu.

Angka ini lebih tinggi dua kali lipat dibanding trading volume yang dimiliki veteran di dunia kripto, Coinbase. 

Nama besar lainnya di industri game pun sudah mulai membicarakan tentang rencana mereka untuk mengintegrasikan NFT dan teknologi blockchain pada game yang dimiliki. Nama yang paling terkenal mungkin adalah Grand Theft Auto, yang telah membeberkan rencananya untuk memulai integrasi NFT pada platform yang dimiliki.

Meskipun begitu, kehadiran nama besar dalam industri blockchain tidak serta-merta menjadikan perjalanan teknologi mulus-mulus saja. Masih ada banyak tantangan yang dihadapi agar teknologi ini digunakan secara luas.

Kendala yang Dihadapi untuk Memulai Integrasi

Saat ini, sudah banyak langkah yang dilakukan pelaku blockchain untuk membawa NFT ke pasar yang lebih luas. Meskipun begitu, tidak banyak yang mampu melakukannya. Mengapa demikian?

Salah satu kendala terbesar yang dihadapi adalah adanya resistensi dari gamer konvensional yang tidak menginginkan adanya monetisasi di dalam game, khususnya bagi pemain yang memainkan game yang harus dibeli.

Bahkan dunia game konvensional cukup vokal soal masalah monetisasi ini, karena adanya konsep ‘Loot Box’ pada game blockchain yang dikenal dengan sebutan ‘Gatcha’. 

Loot Box disebut sebagai bentuk lain dari judi online, karena melibatkan permainan peluang untuk memenangkan item yang dapat digunakan di dalam game. Padahal kebanyakan game yang beredar di pasaran ditargetkan bagi anak-anak.

Di sisi lain, sebenarnya Loot Box memiliki hanyalah dekorasi yang tidak lebih layaknya penambah estetika agar karakter terllihat bagus dan tidak berpengaruh pada skill bermain.

Banyak yang masih mempercayai bahwa game blockchain tidak lebih dari kedok penipuan bergaya baru. Ada pula yang menyebarkan isu bahwa NFT sama saja dengan karya seni yang dicetak sablon.

Oleh karena itu, agar game blockchain dapat berada di kelas yang sama dengan game konvensional, maka edukasi lebih lanjut dibutuhkan.

Apa yang harus Dilakukan Selanjutnya?

Edukasi kepada masyarakat luas hanyalah awal dari langkah yang perlu dilakukan untuk menepis rumor buruk mengenai blockchain.

Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah untuk meyakinkan para gamer agar terjun dan beralih memainkan game berbasis blockchain. Untuk melakukannya, para pengembang game harus memastikan agar game yang dikembangkan memiliki tampilan dan cara bermain yang interaktif layaknya game konvensional.

Tidak hanya itu, dari sisi grafis pun game berbasis blockchain masih kalah dibandingkan dengan game konvensional. Tampilan game blockchain bisa dikatakan lebih tertinggal 10-15 tahun dibandingkan dengan game konvensional yang telah menggunakan teknologi terkini.

Jadi, untuk memastikan agar game berbasis blockchain yang diluncurkan mampu bersaing dengan nama besar seperti Sony, Microsoft dan juga Nintendo, maka pengembang game harus mampu mengintegrasikan konsep NFT dan juga mengejar ketertinggalan.

Caranya dengan menciptakan pengalaman bermain yang sama atau lebih baik dari game konvensional. Siap untuk memulainya?